Beberapa waktu lalu dompet saya hilang, yang mana di dalamnya terdapat juga kartu kredit saya. Otomatis saya mengajukan blokir permanen terhadap kartu itu. Setelah saya ajukan blokir, terjadilah semacam perselisihan dengan bank penerbit kartu saya. Memang salah saya, pindah kerja ndak ngomong-omong. Sementara tempat saya bekerja yang baru, nomer telponnya ndak bisa dipake telpon karena speedy only
dan alamatnya? Tidak ada… –hiduplah Bantul Raya! Jadilah pihak bank tidak mau mengirimkan kartu pengganti sebelum saya memberi mereka alamat jelas dan nomer telpon fixed line.
Karena banyak urusan lain yang perlu saya ribetkan selain kartu kredit yang limitnya gak seberapa itu, jadilah saya mencari alternatif lain. Salah satu alternatif yang paling gampang dan menyenangkan adalah BNI Debit Online. Produk ini memungkinkan melakukan transaksi online tanpa mengharuskan kita bikin kartu kredit yang ribet setengah mampus buat beberapa orang yang ndak terlalu ngganteng rekening bank nya kek saya ini. Kita bisa generate “kartu temporer” dan mendebitkan tagihannya dari rekening. Mudah bukan?
Kemudahan Yang Justru Membawa Petaka
Fasilitas yang tampak memudahkan itu, justru membawa keribetan lebih jauh buat saya. Beberapa hal yang saya harus bayar online memang bisa berjalan mulus, tapi beberapa hal malah bikin saya tambah puseng. Tak kurang dari Amazon, Steam, Play Store, ataupun iTunes tidak berjalan segampang seperti yang saya bayangkan karena sifat alamiah VCN yang hanya bisa dipakai sekali.
Di Amazon, saya dianggap fraud, karena sistem mereka tidak bisa mendebit lagi “kartu” yang saya sediakan ke mereka. Kerepotan yang terjadi? Saya harus mengirimkan fax paspor dan utility bills saya ke mereka. Iya, fax! Karena hanya fax lah yang mereka anggap “legit” dan mereka percaya kalau saya orang baik baik dan bukan frauder.
Di Steam, setiap kali saya add funds, saya harus menunggu seminggu sebelum bisa menggunakannya dengan tanpa batasan. Mereka menunggu selama seminggu, waktu yang aman bagi mereka untuk menunggu komplainan dari orang dan menyatakan saya bukanlah frauder.
Di Google Play / iTunes saya bahkan tidak bisa melakukan transaksi. Karena sistem otorisasi mereka yang mendebit sejumlah kecil dana untuk memverifikasi valid tidaknya kartu yang kita berikan. Sedang VCN hanya bisa digunakan satu kali debit saja.
Beberapa merchant seperti Rackspace bahkan menolak mentah-mentah VCN saya.
Lalu?
Dengan berbagai keribetan yang saya alami, saya tidak merekomendasikan BNI VCN, atau VCN lainnya kalaupun ada kepada sampeyan semua. Sifat VCN yang hanya bisa satu kali mendebit justru kemungkinan besar akan merepotkan sampeyan di kemudian hari.
Trus bagaimana? Ya coba saja bikin kartu kredit, bawa slip gaji sampeyan kalau punya. Kalau (sudah) ndak punya kek saya ya, coba mengajukan secure card dengan cara memblokir dana tabungan. BCA adalah bank yang saya tahu paling murah untuk urusan ini. Cukup dengan memblokir dana 3 juta. Sementara Bank Mandiri meminta blokir deposito 15 juta rupiah untuk mendapatkan secure card mereka. Dan sungguh, 15 juta itu bukan uang yang sedikit bukan?
Alternatif lain? Nunggu bank-bank membuka blokiran kartu debit mereka untuk transaksi online. Memang yang terjadi sekarang, logo Visa atau Mastercard di ATM sampeyan-sampeyan itu hampir tidak ada gunanya. Karena transaksi online mereka blokir dengan alasan keamanan. Masih kurang lucu? Beberapa bank malah memblokir juga transaksi yang terjadi di luar Indonesia, lagi-lagi dengan alasan keamanan. Pokoke, jangan percaya wis sama rayuan gombal brosur bank yang menyebutkan: kartu anda bisa digunakan di jutaan merchant berlogo Visa / Mastercard di seluruh dunia!
Hamid, yang lagi ribet karena pengen gampang.